Wednesday, December 5, 2018

The Greatest Muslim │Haji Umar Mita (1892 – 1976) │ Sang Samurai Pertama


Masjid Kobe - Masjid tertua di Jepang
Siapakah Haji Umar Mita? Mengapa ia menjadi sosok yang luar biasa di dunia Islam padahal sebagian besar muslim di luar sana tidak mengenalnya melainkan hanya di negeri Jepang.

Lahir pada tanggal 19 Desember 1892, Ryoichi Mita berasal dari kalangan bangsawan Jepang tepatnya dari golongan prajurit kelas atas yang biasa dikenal sebagai Samurai. Keluarganya merupakan pemeluk Budha. Semasa kecil ia dan keluarganya tinggal di wilayah Yamaguchi, sebuah daerah di sebelah Barat negera Jepang.

Ryoichi muda sempat mengalami beberapa halangan dalam perkembangan hidup dan pendidikannya dikarenakan masalah kesehatan. Ia memiliki kesehatan yang rapuh dan fisik yang lemah yang membuat dirinya sulit untuk menempuh standar pendidikan serta pendidikan tinggi, namun dengan kesabaran dan ketekunannya (yang mana dua hal ini akan membawa dirinya menjadi seorang ulama di masa depan), ia pun akhirnya lulus dari Yamaguci Commercial College pada bulan Maret 1916 pada umur 24 tahun.

Hubungan dengan Cina

Tidak seperti pemuda Jepang pada umumnya, Ryoichi memiliki ketertarikan yang luar biasa terhadap budaya Cina. Ambisi masa mudanya adalah untuk berpergian ke negeri Cina dan menguasai bahasa disana layaknya penduduk asli negeri Cina itu sendiri. Akhirnya tak lama setelah lulus dari kampus, beliau kemudian melakukan perjalanannya ke negeri Cina.

Episode perjalanan impian ini akan menjadi batu loncatan bagi Ryoichi dalam menemukan pesan pesan keislaman disana, di negeri Cina.

Dalam kesempatan – kesempatan yang terbatas yang ia dapati ketika bertemu dengan pemuda-pemuda muslim dari cina, ketertarikan Ryoichi akan prinsip dan gaya hidup orang muslim memicu kembali rasa ingin tahunya untuk belajar lebih banyak tentang agama Islam. Tidak seperti budaya cina, yang mana tradisi dan adat istiadatnya pernah ia dengar dari orang-orang di Jepang, baginya Islam adalah sesuatu yang amat asing dan sama sekali tidak diketahui sebelumnya.

Invasi Jepang dan Masuknya Islamnya Ryoichi Mita

Ryoichi muda pernah suatu saat memiliki kesempatan untuk berkenalan dengan salah seorang petualang Jepang yang bernama Haji Omar Kotaro Yamaoka.

Haji Omar Kotaro Yamaoka disebut-sebut sebagai orang Jepang pertama yang pergi Haji ke Mekkah pada tahun 1909. Pada tahun 1910, beliau kembali ke Jepang dengan membawa misi yang mulia yaitu memperkenalkan Islam ke seluruh penjuru Jepang.

Tidak mengherankan, ketika buku-buku dan artikel yang ditulis oleh Haji Omar Kotaro Yamaoka memancing imajinasi dan insting rasa ingin tahu Ryoichi muda yang baru saja kembali dari negeri Cina pada tahun 1921 yang membawanya untuk mulai belajar lebih dalam tentang tulisan-tulisan dan ceramahnya Haji Omar Kotaro Yamaoka yang mana puncaknya terjadilah pertemuan antara Ryoichi muda dan Haji Omar Kotaro Yamaoka di Kamakura dekat Tokyo. Kesempatan ini membuat Ryoichi Mita yang saat itu berusia 29 tahun mulai belajar tentang Islam secara intensif.

Insiden Manchuria
Di tahun berikutnya tepatnya pada tahun 1922, Ryoichi Mita kemudian menikah lalu pindah ke arah timur laut cina, di perbatasan luar Manchuria dimana ia ditugaskan untuk bekerja di sebuah perusahaan kereta api.

Ketika Insiden Manchuria terjadi dimana militer Jepang menginvasi Cina, yang mana menghasilkan banyak kekerasan dan kekejaman di berbagai komunitas. Tanpa pernah diduga sebelumnya, invasi yang dilakukan Jepang terhadap Cina menjadi sebuah jembatan pemisah antara orang Jepang dan komunitas Muslim di China untuk pertama kalinya.

Ryoichi Mita akhirnya mengambil langkah untuk menjadi seorang muslim pada tahun 1941. Saat itu ia berusia 49 tahun ketika Imam Wang Reilan pemimpin Masjid Nyuchie di Ibukota Cina, Beijing membantu dan membimbing Ryoichi untuk mengucap dua kalimat syahadat. Segera setelah mengucap syahadat, Ryoichi kemudian mengumumkan keislamannya dan mengganti namanya menjadi Umar Mita. 
Haji Umar Mita - Baris paling depan nomor dua dari kanan

Asosiasi Muslim Jepang

Selama masa peperangan Cina-Jepang (Sino-Japan War), banyak wilayah Cina berhasil ditaklukan oleh militer Jepang. Kebanyakan dari orang-orang Jepang yang baru masuk Islam kemudian memilih untuk pulang ke Jepang. Pada masa ini, Umar Mita memutuskan untuk tetap berada di negeri Cina sampai konflik berakhir. Setelah menghabiskan kurang lebih 30 tahun masa hidupnya bekerja di perusahaan kereta api disana, ia pun memutuskan untuk segera pensiun dan kembali ke Jepang.

Tak lama setelah ia pulang ke Jepang, ia lalu mengajar bahasa Cina untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kehidupan barunya di Jepang berjalan tidak begitu baik menyusul kematian tragis istrinya yang akhirnya membuat ia kembali berhenti bekerja dan menuntutnya untuk pindah ke daerah lain.

Pada tahun 1952, Umar Mita bermukim di Tokyo dan memutuskan untuk fokus mendalami agama Islam dan Bahasa Arab. Pada saat itu, Umar Mita telah menginjak 60 tahun dan mulai mendedikasikan hidupnya untuk belajar Islam dimulai dari pondasi utamanya.

Efek peperangan yang ditimbulkan di kota Tokyo pada waktu itu membuat makanan dan pakaian menjadi sangat langka ditambah tidak sedikit bangunan-bangunan yang luluh lantak menghiasi sudut-sudut kota Tokyo.

Namun, terlepas dari situasi yang semrawut ini, perlahan tapi pasti komunitas muslim mulai tumbuh dan berkembang. Tepat pada tahun 1953 organisai islam pertama muncul di Jepang dengan nama Asosiasi Muslim Jepang.

Imigran Muslim

Meskipun muslim pribumi Jepang memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan komunitas muslim di sana, tak bisa kita pungkiri bahwa di Jepang pada awalnya juga banyak menerima kedatangan ratusan muslim yang berasal dari Turki, Uzbekistan, Tajikistan, Kyrgistan dan Kazakhstan serta daerah-daerah di Asia Tengah dan Rusia sebagai akibat dari peristiwa Revolusi Bolshevik pada Perang Dunia pertama.

Dengan kedatangan muslim-muslim tersebut, maka berdirilah beberapa masjid serta beberapa penduduk asli Jepang mulai memeluk Islam. Hal ini dibuktikan dengan berdirinya masjid pertama yaitu masjid Kobe, yang di bangun di distrik Kitano-cho pada tahun 1935.

Yang menakjubkan bahwa masjid Kobe ini sempat berhasil selamat dari serangan udara yang meluluh lantakan sebagian besar bangunan-bangunan yang ada di kota Kobe pada tahun 1945. Masjid Kobe juga berhasil bertahan dari dahsyatnya bencana gempa bumi Henshin pada tahun 1995, sementara bangunan-bangunan modern di sekitarnya banyak yang mengalami rusak parah.

Penerjemahan Al-Qur'an

Dalam mengejar studi Islamnya, Umar mita kemudian mengadakan perjalanan untuk yang kesekian kalinya. Ia berangkat ke Pakistan pada tahun 1957 ditemani oleh kelompok Jamaah Tabligh. Di tahun berikutnya, yaitu pada tahun 1958, ia melanjutkan perjalannanya ke Mekkah untuk melaksanak rukun Islam yang ke-lima yaitu Ibadah Haji. 

Ia pun menyempurnakan seluruh perjalanannya tersebut dengan kembali ke Jepang membawa sesuatu yang baru yaitu ambisi mendakwahkan Islam di kampung halamannya. Di saat yang sama, Umar Mita terpilih menjadi presiden Asosiasi Muslim Jepang menyusul wafatnya presiden sebelumnya.

Walaupun dakwah dan studinya tentang Islam dapat dikatakan terlambat mengingat saat itu ia telah berusia 69 tahun ketika semua kesempatan itu muncul di hadapannya. Namun hal tersebut tak menyurutkan dirinya serta ambisinya untuk tetap menyebarkan Islam kepada penduduk Jepang walau harus mengerahkan semua yang ia miliki.

Alhasil, di masa kepemimpinannya di Asosiasi Muslim Jepang, ia pun memulai proyek ambisiusnya untuk menerjemahkan Al-Qur'an ke dalam bahasa Jepang. Dengan demikian secara tidak langsung Umar Mita membuka pintu kesempatan yang lebar bagi seluruh orang-orang Jepang untuk bersentuhan langsung dengan risalah Islam. Tantangan yang dihadapi di dalam proyek ini terbilang cukup besar dikarenakan sebelumnya sudah ada empat terjemahan Al-Qur'an yang ditulis oleh kalangan non-muslim yang mana masing-masing dicetak pada tahun 1920, 1937, 1950, dan 1957.

Namun, sebagai seorang muslim, Haji Umar Mita tergerak dan merasa perlu untuk menerbitkan satu terjemahan Al-Qur'an yang baru bukan hanya karena terjemahan sebelumnya ditulis oleh non-muslim, tetapi juga karena terjemahan yang akan dibuat oleh Umar Mita akan menjadi terjemahan pertama yang langsung diterjemahkan dari Al-Qur'an berbahasa Arab. Tidak seperti terjemahan-terjemahan sebelumnya yang mana ketika diterjemahkan tidak langsung dari Al-Quran berbahasa Arab melainkan dari bahasa Perancis, Inggris, dan Jerman. Selain itu, terjemahan Umar Mita akan langsung diawasi dan direvisi dengan teliti oleh para ulama timur tengah yang menjadikan terjemahan ini sebagai terjemahan pertama Al-Qur'an yang sebenar-benarnya.

Di tengah-tengah proyeknya tersebut, Haji Umar Mita yang genap berusia 70 tahun melanjtkan perjalanannya kembali ke Pakistan pada tahun 1961. Ia menghabiskan beberapa waktu di Lahore sambil terus mengerjakan terjemahannya sembari melanjutkan studinya dalam bidang bahasa arab dan tafsir Al-Qur'an yang dibimbing oleh para ulama setempat.

Tak lama kemudian ia diundang untuk mengunjungi Mekkah dalam rangka mendapatkan dukungan dan dorongan dari Liga Muslim Dunia dalam misinya untuk menerjemahkan Al-Qur'an ke dalam bahasa Jepang.

Ketika berada disana, Haji Umar Mita tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk kembali belajar lebih banyak tentang Al-Qur'an dan bahasa arab langsung dari para ulama baik yang ada di Mekkah, Madinah, Jeddah, Thaif, dan Riyadh yang manamenghasilkan sebuah terjemahan yang sangat indah dan disertai dengan makna yang mendalam yang diambil langsung dari Al-Qur'an berbahasa arab.


Al-Qur'an Terjemahan Haji Umar Mita
Manuskrip Pertama Berbahasa Jepang

Setelah beberapa tahun mendedikasikan hidupnya untuk belajar dan berkomitmen teguh untuk menerjemahkan Al-Qur'an berbahasa Jepang, tepat pada tahun 1968, Haji Umar Mita merampungkan draft pertamanya yang kemudian ia kirimkan ke Asosiasi Muslim Jepang untuk ditinjau dan direvisi sebelum akhirnya diajukanlah naskah perbaikan dua tahun kemudian yaitu pada Juni 1970 ke Liga Muslim Dunia di Mekkah. Setelah dilakukan evaluasi secara menyeluruh dan seksama yang dilakukan oleh komite ahli khusus selama enam bulan, naskah tersebut akhirnya disetujui dan kontrak penerbitannya ditandatangani oleh Perusahaan Percetakan Takumi Kobo di Hiroshima.

Dua belas tahun setelah Haji Umar memulai proyek bersejarahnya untuk menerjemahkan Al-Qur'an ke dalam bahasa Jepang, ia pun akhirnya menyelesaikan seluruh terjemahannya tepat pada tanggal 10 Juni 1972. Cetakkan edisi pertama diterbitkan dan dicetak secara massif dengan dukungan Raja Faisal bin Abdul Aziz Al-Saud.

Sang Samurai Pertama


Haji Umar Mita
Haji Umar Mita meninggalkan sebuah warisan berharga nan indah disertai dengan kisah hidup yang luar biasa bagi sapa saja yang ingin mengambil pelajaran darinya. Beliau pun wafat pada tahun 1976 dalam usia delapan puluh empat tahun.

Meskipun sebagian orang masih memperdebatkan apakah Haji Umar Mita adalah sosok yang paling luar biasa dalam sejarah, namun kita bisa pastikan bahwa beliau merupakan seorang Samurai Muslim Pertama  sekaligus menjadi kebanggan bagi umat muslim di Jepang. 


Diterjemahkan dari:
Electronic Magazine - Great Muslim Lives Vol. 6 page: 17-20
oleh Satria Muttaqin 

No comments:

Post a Comment