Tempat tinggal Rahib Buhaira |
Rasulullah ﷺ kemudian kembali ke
ibundanya setelah sebelumnya bersama Halimah. Beliau ﷺ
tinggal kemudian kurang lebih selama 2 tahun. Setelah itu ibunda Rasulullah ﷺ pergi untuk menziarahi makam suaminya dan
juga paman-paman serta kakek-kakek beliau dari keluarga Bani Adi bin Najjar di
Madinah. Kurang lebih sebulan lamanya ibunda Rasulullah ﷺ tinggal di Madinah dan memutuskan untuk kembali ke Mekkah. Di
dalam perjalannannya, ibunda Rasulullah ﷺ
jatuh sakit dan penyakitnya semakin parah hingga akhirnya meninggal dunia di
Abwa’ sebuah tempat antara Mekkah dan Madinah. Disana pula lah beliau di
makamkan.
Sepeninggal Aminah, Rasulullah ﷺ
kemudian kembali di asuh oleh kakeknya Abdul Muthallib. Abdul Muthallib begitu
merasa iba kepada Rasulullah ﷺ karena beliau ﷺ telah ditinggalkan oleh kedua orang tua
sejak dini. Oleh karena itu Abdul Muthallib sangat mengedepankan Rasulullah ﷺ dan memuliakan beliau ﷺ. Kesedihan tak berhenti sampai disitu, Rasulullah ﷺ kembali kehilangan orang yang sangat menyayanginya.
Abdul Muthallib akhirnya meninggal dunia saat Rasulullah ﷺ berumur 8 tahun.
Kemudian pengasuhan atas Rasulullah ﷺ
dilanjutkan oleh paman beliau ﷺ, yaitu Abu Thalib,
saudara kandung ayah beliau ﷺ. Di tangan Abu Thalib,
Rasulullah ﷺ senantiasa mendapat tempat dan perhatian
serta kasih sayang yang amat besar walaupun dari segi harta, Abu Thalib
bukanlah orang yang mampu, namun sifat kesabaran dan menerima apa adanya yang
dimiliki Rasulullah ﷺ menjadikan
harta yang sedikit tersebut senantiasa diberkahi Allah ﷻ.
Ketika Rasulullah ﷺ berumur 12 tahun, Abu
Thalib mengajak beliau ﷺ untuk ikut berdagang
ke negeri Syam bersama kafilah Quraisy. Saat tiba di dekat kota Bushra di
perbatasan Syam, salah seorang pendeta besar Nasrani (Bahira si rahib)
menghampiri mereka kemudian mencari cari seseorang hingga ia berhasil meraih
tangan Rasulullah ﷺ lalu berkata, “Dia
adalah pemimpin seluruh alam. Anak ini kelak akan diutus Allah sebagai rahmat
bagi seluruh alam”.
Rombongan pun bertanya, “Dari mana engkau tahu hal itu?”
Bahira menjawab, “ Sejak kalian tiba di Aqabah, tidak ada satu pun
batu dan pohon melainkan pasti sujud, dan semua benda itu tidaklah sujud
melainkan pada seorang nabi. Aku bisa mengetahui hal itu melalui tanda kenabian
yang berada di bawah tulang rawan bahunya, menyerupai buah apel. Kami juga
mengetahui tanda itu dalam kitab kami.”
Setelah itu Bahira meminta agar membawa Rasulullah ﷺ kembali pulang dan jangan meneruskan
perjalanan karena khawatir akan orang-orang romawi dan yahudi merenggut
keselamaan beliau ﷺ. Abu Thalib pun
mengirim beliau pulang ke Mekkah.
Pada usia ke 20 tahun, Rasulullah ﷺ
mengikuti perang Fijar, yaitu perang antara kaum Quraisy dan kaum Qais Ailan. Disini
beliau berperan menyiapkan anak-anak panah untuk paman-paman beliau ﷺ. Namun, dikarenakan begitu banyak korban
jiwa yang jatuh di kedua pelah pihak, akhirnya mereka sepakat untuk gencatan
senjata.
Pasca perang Fijar, maka terjadilah perjanjian Fudhul antara lima
keturunan kabilah Quraisy. Yaitu Bani Hasyim, Bani Muththallib, Bani Asad, Bani
Zuhrah dan Bani Taim. Perjanjian ini berisi tentang siapa saja yang
diperlakukan secara zalim dan semena-mena baik dari kalangan penduduk Mekkah
maupun lainnya akan dibela sampai hak-haknya dikembalikan. Perjanjian ini
dihadiri oleh rasulullah ﷺ beserta paman-paman
beliau ﷺ. Rasulullah pernah bersabda ketika beliau
sudah diangkat menjadi nabi tentang peristiwa perjanjian ini, “Aku pernah
menyaksikan di rumah Abdulllah bin Jad’an suatu perjanjian yang lebih aku sukai
dari unta merah, andai aku diundang untuk perjanjian tersebut di masa Islam,
pasti akan aku penuhi”.
Pada mulanya, Rasulullah ﷺ
bekerja sebagai penggembala kambing dengan upah beberapa qirath. Dan ini
menjadi sunnatullah para nabi karena Rasulullah ﷺ
pernah bersabda, “Tak ada seorang nabi pun melainkan pasti pernah
menggembalakan kambing”.
Setelah beranjak dewasa, beliau akhirnya ikut berdagang. Dalam
berdagang, beliau ﷺ dikenal sebagai
pribadi yang jujur, amanah, dan menjaga diri sehingga akhirnya beliau ﷺ dijuluki sebagai Al-Amin yang berarti
orang yang terpercaya. Kabar tentang Rasulullah ﷺ
akhirnya terdengar oleh Khadijah binti Khuwailid. Khadijah adalah seorang
wanita Quraisy yang mulia dan kaya raya. Suatu hari Khadijah mengutus utusannya
untuk menawarkan Rasulullah ﷺ dagangan
yang untuk kemudian dibawa ke negeri Syam. Rasulullah ﷺ
menerima tawaran tersebut dan beliau bersama utusan Khadijah pergi berdagang ke
Syam. Khadijah pun mendapat untung yang besar dari perdagagan yang dilakukan
Rasulullah ﷺ. Dan yang paling menarik Khadijah adalah
sifat Rasulullah ﷺ yang begitu amanah
terhadap barang dagangannya.
Semenjak itu, Khadijah merasa bahwa Rasulullah ﷺ adalah sosok yang ia cari-cari selama ini. Kemudian ia pun
kembali mengirim utusan untuk menyampaikan keinginannya menikah dengan
Rasulullah ﷺ. Rasulullah pun menerima tawaran itu kemudian
beliau ﷺ berbicara kepada paman-pamannya untuk
segera melakukan lamaran kepada Khadijah.
Akhirnya paman Khadijah menikahkannya dengan Rasulullah ﷺ dengan dihadiri Bani Hasyim dan para
pemuka Quraisy dengan mahar 20 ekor unta. Ketika pernikahan ini terjadi
Rasulullah ﷺ berusia 25 tahun dan Khadijah 40 tahun (menurut pendapat yang
masyhur). Ada juga yang menyebutkan saat itu usia Khadijah adalah 28 tahun. Dari
pernikahannya dengan Khadijah, beliau ﷺ
dikaruniai Qasim, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, Fathimah, dan Abdullah.
Kesemua putra-putri beliau ﷺ meninggal dunia saat masih kecil kecuali Fathimah. Namun
kesemuanya masuk Islam dan ikut berhijrah ke Madinah.
-bersambung….
No comments:
Post a Comment